PENDAHULUAN
Fiksi adalah
sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, meskipun imajiner sebuah karya
fiksi tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan
hubungan-hubungan antar manusia.
Kebenaran
dalam sebuah dunia fiksi adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan
pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam karya fiksi
tidak harus sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya
kebenaran dari segi hukum, moral, agama, logika, dan sebagainya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan
dapat terjadi di dunia nyata dan benar di dunia fiksi. Misalnya seorang perempuan yang membunuh
seorang laki-laki yang memperkosanya tetapi ia dinyatakan bebas dan tidak
bersalah atas kasus menghilangkannya nyawa seseorang-menurut hukum dunia nyata
ia harus tetap di hukum. Sebuah karya
sastra haruslah memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.
PEMBAHASAN
1. Cerita Fiksi: Gadis Penjual Korek Api
Pada sebuah malam menjelang natal.
Malam sangat dingin, salju turun dengan deras dan angin berhembus dengan
kencang. Ada seorang gadis kecil yang sudah kehilangan mamanya, untuk
menghidupi papanya yang sedang sakit, tanpa memperdulikan badai salju
berjalan dijalan yang diselimuti salju menjual korek api.
“Korek api, siapa yang mau membeli korek api”
Dia tidak memiliki baju hangat,
memakai baju yang sudah kumal dan kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah
koyak, diatas kakinya hanya memakai sepasang sandal tua, dia berteriak
menjajakan korek apinya dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya.
Semua orang sedang sibuk
mempersiapkan kado natal, dengan gembira dan bersenang-senang, sungguh kasihan
gadis malang ini! Dia mempunyai banyak korek api yang disimpan disebuah
keranjang dan tangannya memegang beberapa batang korek api.
Hari menjelang siang, dia tidak
dapat menjual sebatangpun korek apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia
berjalan terus, butiran salju jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan,
sampai didepan sebuah rumah yang mewah dia berhenti dan memandang kedalam
rumah, didalam rumah kelihatan pohon natal yang dihias dengan indah, seorang
ibu sedang bermain dengan gembira dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan
sangat bahagia, diatas meja terlihat lilin yang berwarna-warni menyala, ada
yang berwarna merah, hijau, putih, ungu, dia paling suka melihat lilin yang
berwarna merah, warnanya sangat kontras diatas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat
kepada nenek dan ibunya, mereka berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka
berdua sudah meninggal, memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan
sedih.
Sambil menangis gadis kecil ini
berjalan disebuah jalan yang besar, tiba-tiba sebuah kereta kuda lewat dan
hampir melanggar dia.
Kereta kuda melintas dengan cepat,
menyemprotkan percikan lumpur kebaju gadis malang ini, sandal gadis ini juga
hilang, sehingga dengan kaki telanjang dia berjalan diatas salju dan berteriak
:
“Korek api, siapa yang mau beli korek api.”
Senja telah tiba, sepasang kaki
gadis kecil ini kedinginan sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium
wangian daging panggang.
“Wah, sungguh enak jadi orang kaya,
mereka sedang mempersiapkan perayaan natal.” Pikir gadis malang ini.
Dia sudah tidak kuat berjalan,
badannya yang lelah menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak berani
pulang kerumah karena sebatangpun korek api belum terjual, dirumah juga
sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki rumahnya yang sudah
reyot.
Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar
terus, dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar dengan
sebatang korek api.
Tangannya yang kecil sudah hampir
membeku. Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek
api menghangatkan tangannya yang sedang membeku.
“Sesst “ korek api menyala, dia
merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya, nyala korek api menyilaukan, sambil
melamun dia membayangkan dirinya duduk didekat sebuah tungku api, nyala api
terlihat sangat cantik, terasa hangat, dia bermaksud menjulurkan kedua kakinya
dekat ke nyala api, tetapi nyala tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api
hilang dari pandangannya. Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas
sebatang korek api yang sudah habis terbakar ditangannya.
Dia lalu menyalakan sebatang lagi,
korek api menyala, mengeluarkan cahaya terang, nyala korek
api yang memantul didinding, bagaikan ilusi dia melihat sebuah kamar didalam
kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja makan terhidang biscuit yang lezat
dan daging panggang yang harum, keadaan ini sangat menarik, dia melihat daging
panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju kearah gadis malang ini.
Dia menjulurkan tangannya, korek api segera redup, tangannya hanya teraba
dinding yang dingin.
Dia menyalakan sebatang lagi korek
api, nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya yang berwarna merah jambu.
Dia merasa dirinya duduk dibawah
sebuah pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang
dilihat tadi siang, Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil yang
cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya, korek api padam
lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi bintang-bintang kecil yang terang
dilangit. Diantara bintang-bintang itu sebuah bintang jatuh ke bumi berubah
menjadi sebuah cahaya yang memanjang.
Dia
menyalakan sebatang lagi korek api. Ah, di nyala api di melihat nenek yang
dirindukan setiap hari, dia melompat ke
pelukan neneknya.
“Nenek !” teriak gadis kecil ini,
“tolong bawa saya pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan.
Saya tahu begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan, seperti
tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang indah, saya
akan kehilangan semuanya.”
Akhirnya,
gadis malang ini menyalakan semua korek
api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan neneknya disini terus.
Nyala korek api semakin terang,
bagaikan disiang hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang
mengangkat dia kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi,
terbang kesebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi.
Pada keesokan harinya natal telah
tiba, orang-orang disekitar pertokoan melihat gadis malang ini sedang menyandar
di dinding, dengan wajah kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi
dia sudah meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih
tergenggam korek api yang terbakar.
Nah, jangan sedih walaupun gadis
malang ini sudah meninggal, tetapi Tuhan sudah menjemputnya kesebuah tempat
yang tidak akan kedinginan dan kelaparan dan dia akan berbahagia selamanya
ditempat itu bersama nenek dan ibunya.
2. Makna yang terkandung dalam cerita fiksi
Di dalam cerita
Gadis Penjual korek api mengandung makna bahwa sesama manusia saling peduli dan
saling tolong-menolong meskipun memiliki derajat yang berbeda. Karena untuk
bagi yang kurang mampu, pertolongan dan bantuan dari orang yang mampu adalah
sesuatu yang sangat indah.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar